Hari 28 - Ada Berkat di Balik Masalah

Berpikirlah untuk menggunakan hambatan sebagai batu loncatan untuk membangun kehidupan seperti yang Anda inginkan. (Marsha Sinetar)

Becak adalah salah satu alat trasportasi yang memudahkan kita untuk bepergian. Namun tahukah Anda, becak ternyata berasal dari Jepang? Kemunculan kendaraan beroda tiga yang ditarik dengan tenaga manusia itu pertama kalinya hanya kebetulan. Tahun 1869, seorang pria Amerika yang menjabat pembantu di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jepang berjalan-jalan menikmati pemandangan kota Yokohama. Suatu saat dia berpikir bagaimana caranya agar istrinya yang kakinya lumpuh bisa ikut berjalan-jalan. Tentu diperlukan sebuah kendaraan. Kendaraan itu, pikirnya, tidak usah ditarik kuda karena hanya untuk satu penumpang saja. Kemudian ia mulai menggambar kereta kecil tanpa atap di atas secarik kertas. Orang-orang Jepang yang melihat kendaraan pribadi ditarik manusia itu menamakannya jinrikisha. Penarik jinrikisha biasanya diberi upah tiap minggu. Lama-lama, jinrikisha menarik perhatian masyarakat Jepang, khususnya para bangsawan. Seiring berjalannya waktu jinrikisha mulai dikenal oleh berbagai negara termasuk Indonesia. Namun tentu saja sudah lebih modern yaitu beroda tiga, menggunakan ban angin, dan cara mengemudikannya dengan dikayuh dengan dua kaki.

Berawal dari sebuah masalah, yaitu ingin membawa sang isteri berjalan-jalan namun mengalami kesulitan akhirnya terciptalah becak. Ternyata kendala bukan hanya berpotensi membuat seseorang lemah, stres, bingung, namun membuat pikiran kita terbuka, menjadikan kita manusia yang kreatif, bahkan membuat kita terkenal karena mampu menciptakan penemuan baru. Sayangnya, tidak semua orang bisa menjadikan masalah menjadi batu loncatan untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Bagi seorang mediocre, ia akan menganggap bahwa tantangan adalah hal yang akan ‘mematikannya’. Sebaliknya, seorang achiever melihat masalah sebagai peluang untuk maju, bahkan ia bisa berterima kasih kepada persoalannya itu. Seperti dalam kisah berikut. Suatu saat, Frank mengendari mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia sedang tergesa-gesa. Frank adalah seorang penulis dan diberi kesempatan untuk mewawancarai orang-orang terkenal di Palm Beach. Dia sudah terlambat, tapi dia berpikir bahwa dia masih bisa datang tepat waktu jika dia mengendarai dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba di melihat sebuah mobil berhenti di depannya. Seorang wanita sedang panik melambaikan tangannya. Frank menurunkan kecepatan mobilnya, dan melihat bahwa masalah mobil wanita itu hanyalah ban kempes, dan ia mulai menancap gas lagi. Orang lain akan segera datang dan membantunya, katanya pada diri sendiri. Namun hatinya mengatakan bahwa ia harus berhenti. Dengan enggan dia berhenti dan berlari ke arah mobil wanita itu. Sementara Frank sedang mengganti ban, seorang anggota polisi lalu lintas berhenti dan segera mengatur lalu lintas. Ketika Frank selesai, dan nyonya itu berterima kasih, polisi tersebut berjalan menuju mobil Frank. "Berapa kecepatanmu tadi?" tanyanya. "Kira-kira 65," jawab Frank. "Ada apa?" "Untung Anda berhenti. Ada tikungan tajam di depan saja. Jika Anda mencoba melewatinya dengan ban seperti itu," dia menunjuk ke ban kiri mobil Frank, "Lihat!" katanya. Frank melihat bahwa ban tersebut sudah membengkak sebesar buah anggur sedangkan ban luarnya sudah terobek. "Mobilmu pasti bisa terbalik di selokan itu sekarang," kata polisi itu. Frank berterima kasih kepada Tuhan karena ia telah berhenti untuk menolong wanita tadi. Dia telah kehilangan satu cerita, tapi dia masih hidup untuk menulis cerita-cerita lainnya. Lihatlah, masalah bukannya menghambat Frank, namun menyelamatkannya.

Brian Adam berkata, "Kesukaran adalah peluang untuk memperbaiki keadaan, merupakan baru loncatan ke pengalaman yang lebih besar. Barangkali suatu hari nanti Anda akan bersyukur berkat kegagalan sementara dalam kondisi tertentu. Sebagai hukum alam, apabila sebuah pintu tertutup, pintu lain akan terbuka. Ini mestinya berlaku untuk memastikan keseimbangan." Pintu untuk mewawancarai orang terkenal di Palm Beach memang sudah tertutup bagi Frank, ia gagal. Tetapi pintu yang lain terbuka, nyawanya selamat. Ia mempunyai umur yang lebih panjang sehingga bisa menulis bahkan mewawancarai orang terkenal lainnya. Demikian pula dengan kita, mungkin saat mengalami kesukaran dan kesulitan untuk sementara waktu kita bersedih, kita kecewa, marah, bingung, tetapi percayalah suatu saat kita akan berterima kasih karena Tuhan mengizinkan persoalan itu menerpa kita. Bila kita tidak di PHK, kita tidak akan belajar menjadi pengusaha. Bila kita tidak sakit, kita tidak akan menghargai kesehatan, bekerja bagai kuda. Bila kita tidak mengalami masalah, kita tidak menjadi dewasa, tidak mau berpikir untuk merubah keadaan, dan tentu saja tidak akan menemukan keajaiban dan penemuan baru yang fantastis.